Terungkap.! Raja Silahisabungan Tak Pernah Nikahi Pinta Haomasan Borunya Raja Naiambaton 

JAKARTA - DIAN24NEW 

Dewan Pimpinan Pusat Parsadaan Ualu Turpuk Pomparan Raja Silahisabungan (DPP-PUTPRS) mengungkapkan bahwa Raja Silahisabungan tidak pernah menikah atau kawin dengan Pinta Haomasan Borunya Raja Naimbatton

Hal ini diungkapkan dengan tegas pada pertemuan DPP PUTPRS dan Dewan Pengawas DPP PUTPRS dengan Ketua Umum Panitia Pembangunan Tugu PARNA Amang JUMAGA NADEAK SH.MH dan Ketua Harian Amang Kol TNi (Purn) NASIB SIMARMATA SH.MSi di Hotel Sari Pan Pasifik Jakarta Pusat, Jumat (9/6/2023), pukul 10.00 Wib. 

Dikutip dari tulisan (pengakuan) Tunggul Silalahi, yang beliau kirimkan ke Group Washapp Punguan Pomparan Raja Silahisabungan (PPRS) Siantar Sekitarnya 2023 - 2028, Senin (26/6/2023), sekira pukul 19.05 Wib. 

Dalam tulisan yang dikirim Tunggul Silalahi dikatakan bahwa dasar pertemuan itu, dalam waktu dekat PARNA akan membangun Tugu Raja Naiambaton yang memiliki anak 5 Orang, yaitu Bolon Tua, Saragi Tua, Tamba Tua, Munte Tua, Nahampun Tua dan satu boru yaitu Pinta Haomasan di Tandarabun Samosir.

Terkait dengan Pembangunan Tugu tersebut akan dilakukan juga penanda tanganan Prasasti yang akan ditempatkan di Pusuk Buhit. Dalam Parasasti tersebut akan di tulis nama Anak Raja Naiambaton yang 5 orang tersebut dan ditanda tangani perwakilan keturunan masing masing.

Khusus mengenai Boru Naiambaton yaitu Pinta Haomasan, direncanakan akan ditulis diatas Prasasti  tersebut dengan nama Suaminya Raja Silahisabungan dan yang menanda tangani Perawakilan dari Silalahi Raja

Suasana pertemuan pada saat itu terlihat sangat akrab dan harmonis. Saling menghargai dimana Ketua Panitia Umum Amang Jumaga Nadeak SH.MH dan Amang Kol Nasib Simarmata menyambut kehadiran kami (DPP PUTPRS dan Dewan Pengawas DPP PUTPRS), di Hotel Sari Pan Pasifik dengan hangat. Dan selama pembicaraan yang bersifat diskusi saling menghormati dan menghargai antar kedua belah pihak.

Hasil Pertemuan, pembicaraan dimulai oleh Abang Ketua Dewan Pengawas Pdt Dr Ramles Silalahi dengan mengutarakan maksud kedatangan pihak DPP PUTPRS menemui mereka yaitu ingin membicarakan bahwa Raja Silahisabunan tidak pernah menikah atau kawin dengan Pinta Haomasan borunya Raja Naiambaton sambil mempersilahkan Ketua Umum DPP PUTPRS menjelaskan dengan seksama bahwa Raja Silahisabungan tidak pernah kawin dengan Pinta Haomasan borunya Raja Naiambaton.

Ketua Umum DPP menjelaskan panjang lebar bahwa Raja Silahisabungan adalah seorang Raja  yang gagah berani, patriot, laki laki Sabungan, bertanggung jawab atas perbuatannya, tidak pernah bejat, berilmu tinggi dan memberikan Fatwa yang jelas kepada Pinomparnya yaitu Poda Sagu Sagu Marlangan. 

Dengan memberikan pembuktian, berangkat dari Balige menuju Silalahi Nabolak, seorang diri setelah meninggalkan adeknya Raja Oloan di Bakkara dan dalam perjalanannya penuh rintangan dan tantangan namun berhasil dilalui. Dalam perjalanan ini tidak pernah mampir ke Pulau Samosir.

Bahwa Raja Silahisabungan kawin dengan Putri Raja Fakfak boru Padang Batanghari setelah diuji ke ilmuan, ke Mampuan dan Moralitas serta Martabatnya dan melahirkan 7 orang anak laki laki dan 1 orang putri namboru kami.

Selanjutnya, dikemudian hari Ompu kami Raja Silahisabungan berhubungan dengan Ompung boru kami  yakni boru Simailing Iling br Nairasaon saat diobati dan kemudian lahir Anggidoli kami Tambun Raja.

Disini Raja Silahisabungan sangat bermoral, bertanggung jawab, bermartabat dimana  pada saat itu bayi Tambun Raja dibawa dari Sibisa ke Silalahi Nabolak dan memohon kepada Ompung boru kami boru Padang Batanghari untuk merawat dan membesarkan Tambun Raja.

Kemudian, dalam Fatwa Poda Sagu Sagu Marlangan, Raja Silahisabungan hanya mengumpulkan anak anaknya yang 8 orang, bukan 9 orang.

Raja Silahisabungan tidak pernah bejat, dengan cara menyembunyikan istri dan anaknya di Samosir dan itu sangat mustahil, karena kelahiran Tambun Raja aja dipertanggung jawabkan dan dirawat bersama Ompung boru Padang Batanghari.

Apalagi kawin resmi dan mempunyai anak yang lain pasti dipertanggung jawabkan. Namun sampai Raja Silahisabungan meninggal dunia tidak pernah ada pemberitahuan atau pun pesan bahwa ada anaknya yang lain di Samosir.

Kelompok Silalahi Raja terlalu sibuk memilih siapa Ompung borunya, padahal menurut dugaan kami  bahwa mereka itu kemungkinan besar turunan dari Datu Naboratan. Dimana, Silalahi Raja tanpa malu - malu, tanpa merasa bersalah memasukkan dan mendaftarkan ke Kehumkam. (Kementerian Hukum dan HAM RI)  bahwa Raja Bunga Bunga menjadi adeknya yang bungsu, benar - benar memalukan. 

Selanjutnya, penyampaian masukan dari Sekwanwas Abang Berlin Situngkir bahwa di Silalahi Nabolak ada pembagian Pauseang oleh Raja Silahisabungan kepada Anaknya yang 8 orang dan sampai sekarang masih tetap ada termasuk pauseang untuk Tambun Raja. 

Tidak pernah dan tidak ada bekasnya bahwa Raja Silahisabungan membagi peninggalannya 9 bagian ,tapi hanya 8 bagian. Dan kemudian menjelaskan pembicaraan di Rapat Panitia Pembangunan Tugu Parna karena beliiau juga ikut anggota Panitia 

Kemudian, penjelasan Anggi Doli Pdt Hiras Tambunan dari Balikpapan yang kebetulan ikut dengan rombongan DPP PUTPRS.

Anggi Doli Pdt Hiras Tambunan menjelaskan secara Gamblang perjalanan Raja Silahisabungan dan Tambun Raja yang kawin dengan Pinta Haomasan br Manurung.

Jadi ada juga Pinta Haomasan yang menjadi menantu dari Raja Silahisabungan. Dan perkawinan Tambun Raja dengan Pinta Haomasan Manurung di Sibisa dihadiri oleh Abang - Abangnya  yang 7 orang datang dari Silalahi Nabolak. 

Penjelasan dari Anggidoli Drs Martua Raja Pintu Batu MSi (Sekjen DPP PUTPRS) Menjelaskan dan menekankan kembali bahwa tidak ada pesan atau tanda tanda atau pemberitahuan dari Raja Silahisabungan bahwa Silalahi Raja adaalah anak dari istri pertama.

Bahwa Raja Silahisabungan tidak pernah kawin dengan Pinta Haomasan borunya Raja Naiambaton.

Tanggapan dari Ketua Umum dan Ketua Harian Panitia Pembangunan Tugu Parna,. 

Ketua Umum Amang Jumaga Nadeak SH.MH, menjelaskan panjang lebar bahwa boleh manusia orang batak mengganti apa saja akan tetapi tidak boleh mengganti marga, karena marga tidak boleh diganti.

Beliau menjelaskan tentang kesaktian, kemampuan Sabungan, kehebatan Raja Silahisabungan yang mampu menerbangkan batu besar dan memiliki Tao Silalahi.

Beliau juga menjelaskan tentang perjuangannya membela Gereja di Kepri selaku Ketua DPRD Propinsi sudah 2 Periode. Beliau dapat menerima usulan rombongan DPP PUTPRS dengan mengatakan bahwa nanti di Prasasti tetap akan ditulis anak Raja Nai Ambaton yang 5 orang dan 1 boru yaitu Pinta Haomasan. Tapi khusus Pinta Haomasan tidak ditulis nama suaminya (dikosongkan)

 Lalu beliau bertanya, tapi siapa ya yang jadi suaminya, langsung saya jawab bisa saja seperti Namboru kami tidak marhamulian....ya ya kata beliau.

Kemudian beliau menjelaskan  bahwa didalam prasasti tidak ada penulisan Pinta Haomasan bersuamikan Raja Silahisabungan. Kemudian  beliau menjelaskan tentang apa yang diperbuat di Kepri . Lalu mengajak makan bersama di Restoran Natrabu di Jalan Sabang persis dibelakang Hotel Sari Pan Pasifik.

Kemudian, tanggapan dari Ketua Harian Amang Kolonel TNI Nasib Simarmata SH.MSi. Beliau menjelaskan dan menguatkan tanggapan Ketua Umum Panitia sebelumnya.

Lalu menjelaskan  bahwa Silalahi Raja sudah mengumumkan pada saat mereka meresmikan menara Raja Silahisabungan, pada bulan kemaren bahwa Silalahi Raja merubah marga mereka menjadi marga Silahisabungan.

Hal inilah yang dimaknai oleh Amang Ketua Umum Panitia bahwa marga tidak boleh diganti

Kesimpulan, hasil pertemuan antara DPP PUTPRS bersama Dewan Pengawas dengan Ketua Umum Panitia dan Ketua Harian Panitia, Pembangunan PARNA adalah bahwa sebelum pertemuan sudah di wacanakan dan direncanakan menulis di Prasasti Pinta Haomasan marhamulian tu Raja Silahisabungan,  akan dibicarakan dengan Panitia Pembangunan agar penulisannya hanya Pinta Haomasan tanpa ada nama suaminya (nama suami kosong)

Demikian hasil pertemuan ini kami sampaikan,atas perhatian  Natuatua Nami, Haha Anggi, Pamoruon, kami ucapkan terima kasih. DPP PUTPRS se Indonesia dan Dewan Pengawas. 

 

Editor.       :     Taman Haloho

 

 


Comment As:

Comment (0)